Geografi Indonesia
Indonesia
memiliki sekitar 17.504 pulau (menurut data tahun 2004; lihat pula: jumlah pulau di Indonesia), sekitar 6.000
di antaranya tidak berpenghuni tetap, menyebar sekitar katulistiwa,
memberikan cuaca tropis. Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, di mana
lebih dari setengah (65%) populasi Indonesia. Indonesia terdiri dari 5
pulau besar, yaitu: Jawa,
Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi,
dan Irian
Jaya dan rangkaian pulau-pulau ini disebut pula sebagai kepulauan Nusantara
atau kepulauan Indonesia.[1]
Peta garis kepulauan Indonesia, Deposit oleh Republik
Indonesia pada daftar titik-titik koordinat geografis berdasarkan pasal 47,
ayat 9, dari Konvensi PBB tentang Hukum Laut [2][3]
Indonesia
memiliki lebih dari 400 gunung berapi and 130 di antaranya termasuk gunung
berapi aktif. Sebagian dari gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak
terlihat dari permukaan laut. Indonesia
merupakan tempat pertemuan 2 rangkaian gunung berapi aktif (Ring of Fire).
Terdapat puluhan patahan aktif di wilayah Indonesia.
Keadaan
alam
Sebagian ahli membagi Indonesia atas tiga wilayah
geografis utama yakni:
Kepulauan Sunda Besar meliputi pulau Jawa,
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi.
Kepulauan Sunda Kecil meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Pada zaman es terakhir, sebelum tahun 10.000 SM (Sebelum
Masehi), pada bagian barat Indonesia terdapat daratan Sunda yang terhubung ke
benua Asia dan memungkinkan fauna dan flora Asia berpindah ke bagian barat
Indonesia. Di bagian timur Indonesia,
terdapat daratan Sahul yang terhubung ke benua Australia
dan memungkinkan fauna dan flora Australia
berpindah ke bagian timur Indonesia.
Pada bagian tengah terdapat pulau-pulau yang terpisah dari kedua benua
tersebut.
Karena hal tersebut maka ahli biogeografi membagi Indonesia
atas kehidupan flora dan fauna yakni:
Daratan Indonesia Bagian Barat dengan flora dan fauna yang
sama dengan benua Asia.
Daratan Indonesia Bagian Tengah (Wallacea) dengan flora dan fauna
endemik/hanya terdapat pada daerah tersebut.
Daratan Indonesia Bagian Timur dengan flora dan fauna yang
sama dengan benua Australia.
Ketiga bagian daratan tersebut dipisahkan oleh garis
maya/imajiner yang dikenal sebagai Garis Wallace-Weber,
yaitu garis maya yang memisahkan Daratan Indonesia Barat dengan daerah Wallacea
(Indonesia Tengah), dan Garis Lyedekker, yaitu
garis maya yang memisahkan daerah Wallacea (Indonesia Tengah) dengan daerah
IndonesiaTimur.
Berdasarkan Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN) 1993, maka wilayah Indonesia
dibagi menjadi 2 kawasan pembangunan:
Kawasan Barat Indonesia. Terdiri dari Jawa,
Sumatra, Kalimantan, Bali.
Kawasan Timur Indonesia. Terdiri dari Sulawesi, Maluku, Irian/Papua, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur.
Kepulauan Sunda Besar
Terdiri atas pulau-pulau utama: Sumatra,
Kalimantan,
Jawa dan Sulawesi
dan dengan ribuan pulau-pulau sedang dan kecil berpenduduk maupun tak
berpenghuni. Wilayah ini merupakan konsentrasi penduduk Indonesia dan tempat sebagian besar kegiatan
ekonomi Indonesia
berlangsung.
Pulau Sumatra
Pulau Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau terbesar keenam di dunia.
Pulau ini membujur dari barat laut ke arah tenggara dan melintasi khatulistiwa,
seolah membagi pulau Sumatra atas dua bagian, Sumatra belahan bumi utara dan
Sumatra belahan bumi selatan. Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa
puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas permukaan laut, merupakan barisan
gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung utara ke
arah selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit
dengan pantai yang terjal dan dalam ke arah Samudra
Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan
pantai yang landai dan dangkal ke arah Selat Malaka,
Selat Bangka
dan Laut China Selatan.
Di bagian utara pulau Sumatra
berbatasan dengan Laut Andaman dan di bagian selatan dengan Selat Sunda.
Pulau Sumatra ditutupi oleh hutan tropik primer
dan hutan tropik sekunder
yang lebat dengan tanah yang subur. Gungng berapi yang tertinggi di Sumatra
adalah Gunung Kerinci di Jambi, dan dengan gunung
berapi lainnya yang cukup terkenal yaitu Gunung
Leuser di Nanggroe Aceh Darussalam dan Gunung
Dempo di perbatasan Sumatra Selatan dengan Bengkulu. Pulau Sumatra
merupakan kawasan episentrum gempa bumi karena dilintasi oleh patahan kerak bumi
disepanjang Bukit Barisan, yang disebut Patahan Sumatra; dan
patahan kerak bumi di dasar Samudra Hindia disepanjang lepas pantai sisi barat
Sumatra. Danau terbesar di Indonesia,
Danau Toba
terdapat di pulau Sumatra.
Kepadatan penduduk pulau Sumatra
urutan kedua setelah pulau Jawa.
Saat ini pulau Sumatra
secara administratif pemerintahan terbagi atas 8 provinsi yaitu:
Aceh,
Sumatra
Utara, Sumatra Barat, Riau, Jambi, Sumatra
Selatan, Bengkulu
dan Lampung
dan 2 provinsi lain yang merupakan pecahan dari provinsi induk di pulau Sumatra
yaitu Riau Kepulauan dan Kepulauan Bangka Belitung.
Pulau Kalimantan (Borneo)
Kalimantan merupakan nama daerah wilayah Indonesia di pulau Borneo (wilayah
negara Malaysia
dan Brunei juga ada yang berada di pulau Borneo), berdasarkan luas merupakan pulau terbesar ketiga di dunia,
setelah Irian dan Greenland.
Bagian utara pulau Kalimantan, Sarawak dan Sabah, merupakan wilayah Malaysia yang
berbatasan langsung dengan Kalimantan wilayah Indonesia dan wilayah Brunei Darussalam; di bagian selatan
dibatasi oleh Laut
Jawa. Bagian barat pulau Kalimantan dibatasi oleh Laut China Selatan dan Selat
Karimata; di bagian timur dipisahkan dengan pulau Sulawesi
oleh Selat Makassar. Di bagian tengah pulau merupakan
wilayah bergunung-gunung dan berbukit; pegunungan di Kalimantan wilayah Indonesia tidak
aktif dan tingginya dibawah 2.000 meter di atas permukaan laut; sedangkan
wilayah pantai merupakan dataran rendah, berpaya-paya dan tertutup lapisan
tanah gambut yang tebal.
Pulau Kalimantan dilintasi oleh garis katulistiwa
sehingga membagi pulau Kalimantan atas Kalimantan belahan bumi utara dan Kalimantan belahan bumi selatan. Kesuburan tanah di pulau
Kalimantan kurang bila dibanding kesuburan
tanah di pulau Jawa dan pulau Sumatera, demikian pula kepadatan penduduknya
tergolong jarang. Pulau Kalimantan sama halnya pulau Sumatera, diliputi oleh hutan tropik yang lebat
(primer dan sekunder). Secara geologik pulau Kalimantan stabil, relatif aman
dari gempa bumi (tektonik dan vulkanik) karena tidak dilintasi oleh patahan
kerak bumi dan tidak mempunyai rangkaian gunung berapi aktif seperti halnya
pulau Sumatera, pulau Jawa dan pulau Sulawesi.
Sungai terpanjang di Indonesia,
Sungai
Kapuas, 1.125 kilometer, berada di pulau Kalimantan.
Saat ini pulau Kalimantan
secara administratif pemerintahan terbagi atas 4 provinsi yaitu:
Pulau Jawa
Pulau Jawa, merupakan pulau yang
terpadat penduduknya per kilometer persegi di Indonesia. Pulau melintang dari
Barat ke Timur, berada di belahan bumi selatan.Barisan pegunungan berapi aktif
dengan tinggi di atas 3.000 meter di atas permukaan laut berada di pulau ini,
salah satunya Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Gunung Bromo
di Jawa Timur yang terkenal sangat aktif. Bagian selatan pulau berbatasan
dengan Samudera India, pantai terjal dan dalam,
bagian utara pulau berpantai landai dan dangkal berbatasan dengan Laut Jawa
dan dipisahkan dengan pulau Madura oleh Selat Madura.
Di bagian barat pulau Jawa dipisahkan dengan pulau Sumatera oleh Selat Sunda
dan di bagian timur pulau Jawa dipisahkan dengan pulau Bali oleh Selat Bali.Hutan
di pulau Jawa tidak selebat hutan tropik di pulau Sumatera dan pulau Kalimantan
dan areal hutan dipulau Jawa semakin sempit oleh karena desakan jumlah populasi
di pulau Jawa yang semakin padat dan umumnya merupakan hutan tersier dan sedikit hutan sekunder. Kota-kota besar dan kota
industri di Indonesia
sebagian besar berada di pulau ini dan ibukota Republik Indonesia, Jakarta,
terletak di pulau Jawa. Secara geologik, pulau Jawa merupakan kawasan episentrum gempa bumi karena dilintasi oleh patahan kerak bumi lanjutan patahan kerak bumi dari pulau
Sumatera, yang berada dilepas pantai selatan pulau Jawa.Saat ini pulau Jawa
secara administratif pemerintahan terbagi atas 6 provinsi yaitu: Banten, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa - Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Pulau Sulawesi
Pulau Sulawesi, merupakan pulau yang terpisah dari Kepulauan
Sunda Besar bila ditilik dari kehidupan flora dan fauna oleh karena garis
Wallace berada di sepanjang Selat
Makassar, yang memisahkan pulau Sulawesi
dari kelompok Kepulauan Sunda Besar di zaman es. Pulau Sulawesi merupakan
gabungan dari 4 jazirah
yang memanjang, dengan barisan pegunungan berapi aktif memenuhi lengan jazirah,
yang beberapa di antaranya mencapai ketinggian di atas 3.000 meter di atas
permukaan laut; tanah subur, ditutupi oleh hutan tropik lebat (primer
dan sekunder).
Sulawesi dilintasi garis katulistiwa
di bagian seperempat utara pulau sehingga sebagian besar wilayah pulau Sulawesi berada di belahan bumi selatan. Di bagian utara,
Sulawesi dipisahkan dengan pulau Mindanao - Filipina oleh Laut
Sulawesi dan di bagian selatan pulau dibatasi oleh Laut Flores.
Di bagian barat pulau Sulawesi dipisahkan dengan pulau Kalimantan
oleh Selat Makassar, suatu selat dengan kedalaman laut
yang sangat dalam dan arus bawah laut yang kuat. Di bagian timur, pulau Sulawesi dipisahkan dengan wilayah geografis Kepulauan
Maluku dan Irian oleh Laut Banda.
Pulau Sulawesi merupakan habitat banyak satwa langka dan
satwa khas Sulawesi; di antaranya Anoa, Babi Rusa, kera Tarsius. Secara geologik
pulau Sulawesi sangat labil secara karena dilintasi patahan kerak bumi lempeng
Pasifik dan merupakan titik tumbukan antara Lempeng Asia, Lempeng Australia dan
Lempeng Pasifik.
Saat ini pulau Sulawesi
secara administratif pemerintahan terbagi atas 6 provinsi yaitu:
Kepulauan Sunda Kecil
Kepulauan Sunda Kecil merupakan gugusan pulau-pulau lebih
kecil membujur di selatan katulistiwa dari pulau Bali di bagian batas
ujung barat Kepulauan Sunda Kecil, berturut-turut ke
timur adalah, pulau Lombok,
pulau Sumbawa,
pulau Flores,
pulau Solor, pulau Alor; dan sedikit ke
arah selatan yaitu pulau Sumba, pulau Timor dan pulau Sawu yang merupakan titik terselatan
gugusan Kepulauan Sunda Kecil.
Kepulauan Sunda Kecil merupakan barisan gunung berapi aktif
dengan tinggi sekitar 2.000 sampai 3.700 meter di atas permukaan laut.
Diantaranya yang terkenal adalah Gunung
Agung di Bali, Gunung Rinjani di Lombok, Gunung
Tambora di Sumbawa dan Gunung
Lewotobi di Flores. Kesuburan tanah di Kepulauan Sunda Kecil sangat
bervariasi dari sangat subur di Pulau Bali
hingga kering tandus di Pulau Timor. Di bagian utara gugus kepulauan dibatasi
oleh Laut
Flores dan Laut Banda dan di selatan gugus kepulauan ini dibatasi
oleh Samudera Hindia. Di bagian barat Kepulauan Sunda
Kecil dipisahkan dengan pulau Jawa oleh Selat Bali
dan di bagian timur, berbatasan dengan Kepulauan Maluku dan Irian (dipisahkan
oleh Laut
Banda) dan dengan Timor Leste berbatasan darat di pulau Timor.
Berdasarkan kehidupan flora dan fauna maka sebenarnya pulau
Bali masih termasuk Kepulauan Sunda Besar karena garis Wallace dari Selat
Makassar di utara melintasi Selat Lombok ke selatan, memisahkan pulau Bali dengan
gugusan Kepulauan Sunda Kecil lainnya di zaman es.
Hutan di Kepulauan Sunda Kecil sangat sedikit, bahkan
semakin ke timur gugus pulau maka hutan telah berganti dengan sabana; demikian
juga kepadatan populasi di Kepulauan Sunda kecil sangat bervariasi, dari sangat
padat di pulau Bali dan semakin ke timur gugus pulau maka kepadatan penduduk
semakin jarang. Secara geologik, kawasan Sunda Kecil juga termasuk labil karena
dilintasi oleh patahan kerak bumi di
selatan gugusan Kepulauan Sunda Kecil yang merupakan lanjutan patahan kerak
bumi diselatan pulau Jawa. Komodo, reptilia terbesar di dunia terdapat di pulau Komodo,
salah satu pulau di kepulauan Sunda kecil. Danau Tiga Warna,
merupakan kawasan yang sangat unik juga terdapat di Kepulauan Sunda Kecil,
yaitu di Pulau Flores.
Saat ini secara administratif pemerintahan Kepulauan Sunda
kecil dibagi atas 3 provinsi yaitu: *Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Kepulauan Maluku dan Irian
Kepulauan Maluku dan Irian, terdiri dari 1 pulau besar yaitu
pulau Irian dan beberapa pulau
sedang seperti pulau
Halmahera, pulau Seram,
pulau Buru dan Kepulauan Kei dan Tanimbar
serta ribuan pulau-pulau kecil lainnya baik berpenghuni maupun tidak. Garis Weber memisahkan kawasan ini
atas dua bagian yaitu Irian dan Australia dengan
kepulauan
Maluku sehingga di kepulauan Maluku, flora dan fauna peralihan
sedangkan di Irian, flora dan fauna Australia.
Sebagian besar kawasan ini tertutup hutan tropik primer
dan sekunder yang lebat, kecuali di kepulauan Tanimbar dan Aru merupakan semak
dan sabana.
Gunung berapi yang tertinggi di kepulauan Maluku adalah Gunung Binaiya, setinggi
3.039 meter; sedangkan di pulau Irian pegunungan berapi aktif memlintang dari
barat ke timur pulau, gunung yang tertinggi adalah Puncak
Jaya setinggi 5.030 meter di atas permukaan laut.
Pulau Irian juga merupakan pulau dengan kepadatan penduduk
yang paling jarang di Indonesia,
yaitu sekitar 2 orang per kilometer persegi. Secara geologik, kawasan Maluku
dan Irian juga termasuk sangat labil karena merupakan titik pertemuan tumbukan
ketiga lempeng kerak bumi, Lempeng Asia, Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik. Palung laut terdalam di Indonesia
terdapat di kawasan ini, yaitu Palung Laut Banda,
kedalaman sekitar 6.500 meter dibawah permukaan laut.
Saat ini secara administratif pemerintahan Kepulauan Maluku
dan Irian dibagi atas:
Iklim
Indonesia
mempunyai iklim tropik basah yang
dipengaruhi oleh angin monsun barat dan monsun timur. Dari bulan
November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut membawa banyak
uap air dan hujan di kawasan Indonesia; dari Juni hingga Oktober angin bertiup
dari Selatan Tenggara kering, membawa sedikit uap air. Suhu udara di dataran
rendah Indonesia
berkisar antara 23 derajat Celsius sampai 28 derajat Celsius sepanjang tahun.
Namun suhu juga sangat bevariasi; dari rata-rata mendekati
40 derajat Celsius pada musim kemarau di lembah Palu - Sulawesi dan di
pulau Timor sampai di bawah 0 derajat Celsius
di Pegunungan Jayawijaya - Irian. Terdapat salju
abadi di puncak-puncak pegunungan di Irian: Puncak Trikora (Mt. Wilhelmina
- 4730 m) dan Puncak Jaya (Mt.
Carstenz, 5030 m).
Ada 2 musim di Indonesia
yaitu musim
hujan dan musim kemarau, pada beberapa tempat dikenal musim pancaroba,
yaitu musim di antara perubahan kedua musim tersebut.
Curah hujan di Indonesia rata-rata 1.600 milimeter setahun,
namun juga sangat bervariasi; dari lebih dari 7000 milimeter setahun sampai
sekitar 500 milimeter setahun di daerah Palu dan Timor. Daerah yang curah
hujannya rata-rata tinggi sepanjang tahun adalah Aceh, Sumatera Barat, Sumatera
Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, sebagian Jawa barat, Kalimantan Barat, Sulawesi
Utara, Maluku Utara dan delta Mamberamo di Irian.
Setiap 3 sampai 5 tahun sekali sering terjadi El-Nino yaitu gejala penyimpangan
cuaca yang menyebabkan musim kering yang panjang dan musim hujan yang singkat.
Setelah El Nino biasanya diikuti oleh La Nina yang berakibat musim hujan yang
lebat dan lebih panjang dari biasanya. Kekuatan El Nino berbeda-beda tergantung
dari berbagai macam faktor, antara lain indeks Osilasi selatan atau Southern Oscillation.
Untuk
mendukung komitmen pemerintah dalam menurunkan emisi karbon dioksida (CO) sebesar
26 persen pada tahun 2020, BMKG mengusulkan penambahan dua Stasiun GAW (Global
Atmosphere Watch) di Sulawesi Tengah dan Papua untuk meningkatkan observasi CO
di Indonesia. Ini memerlukan dukungan seluruh sumber daya yang ada, seperti
anggaran, kemauan politis pemerintah, dan kemampuan sumber daya manusia
Dalam kondisi normal, pemanasan matahari di perairan
tropis akan menghasilkan uap air yang kemudian oleh sistem cuaca global berupa
sirkulasi kolom udara Sirkulasi Hadley akan terdistribusi ke wilayah subtropis
pada kawasan antara 30 dan 60 derajat Lintang Utara dan Selatan. Oleh Sirkulasi
Ferrel selanjutnya diteruskan ke kawasan kutub masuk ke sirkulasi polar.
Mengikuti garis edar matahari itu yang bergerak naik
turun ke utara-selatan khatulistiwa, terjadi ”sabuk hujan”. Pada Desember di
belahan bumi utara mengalami musim dingin. Sedangkan Juni berlangsung musim
panas. Kondisi sebaliknya terjadi di belahan bumi selatan.
BMKG menyebutkan, tekanan udara di belahan bumi
selatan lebih rendah dibandingkan di belahan bumi utara. Potensi tekanan rendah
diperkirakan terjadi di barat Australia. Dan, pada akhir periode tekanan rendah
akan muncul di Samudra Hindia sebelah selatan Jawa.
Angin di atas wilayah Indonesia sebelah utara
khatulistiwa umumnya dari arah utara-timur. Sedangkan di selatan khatulistiwa
dari arah barat daya-barat laut, kecepatan angin 5-45 km per jam. Hujan terjadi
di sebagian besar Indonesia dan potensi hujan lebat dapat terjadi di Indonesia
sebelah selatan khatulistiwa.
Sabuk awan
Kondisi memanasnya suhu laut ternyata tak hanya
terjadi di wilayah Indonesia, tetapi juga di khatulistiwa di belahan bumi lain
sehingga terbentuk sabuk awan di sepanjang khatulistiwa. Kondisi ini
mengakibatkan penjalaran gelombang Rossby yang beredar di subtropis—berdampak
pada hujan salju ekstrem tertarik ke kawasan selatan. Hal inilah yang
menyebabkan entakan udara dingin atau cold surgehingga menimbulkan hujan
lebat di Pakistan dan selatan China.
Kondisi serupa berpotensi terjadi di Indonesia jika
gelombang Rossby di Siberia tertahan oleh masa udara dari Pasifik, hingga
mengarah ke selatan. Sejak November 2006 hingga 2007, BMKG memantau
terjadinya cold surge dari
Siberia.
Cuaca ekstrem di luar kawasan khatulistiwa seperti di
Australia, Amerika Serikat, Inggris, dan daratan Eropa, merupakan dampak dari
penyimpangan cuaca di wilayah Nusantara yang merupakan ’mesin cuaca dunia’,”
kata Edvin Aldrian, Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Peran perairan Nusantara, antara lain, dalam
pendistribusian uap air sehingga memengaruhi cuaca di Asia dan Australia serta
kawasan di sekitar Samudra Pasifik dan Hindia. Badan Pemantau Atmosfer dan
Kelautan Amerika Serikat (NOAA) bahkan menyebut tahun ini sebagai tahun
terpanas pada abad ini.
Faktor pemanasan laut
Memanasnya suhu muka laut dan tidak terjadinya musim
kemarau pada tahun ini merupakan kondisi penyimpangan yang tergolong paling
ekstrem pada data pemantauan cuaca yang pernah dilakukan di Indonesia.
Pemantauan kondisi kelautan dan cuaca di Indonesia yang dilakukan Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan memanasnya suhu muka
laut yang luas di wilayah perairan Indonesia telah terlihat sejak Juli tahun
2009 dan bertahan hingga kini.
Menghangatnya suhu muka laut di perairan Indonesia
mulai terpantau pertengahan tahun lalu, meski ketika itu terjadi El Nino dalam
skala moderat. ”Ketika anomali cuaca ini muncul, suhu muka laut di timur
Indonesia biasanya mendingin. Namun yang terjadi sebaliknya,” ujar Edvin, yang
sebelumnya adalah peneliti cuaca di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT).
Suhu permukaan laut di atas normal ini berlangsung hingga
masuk periode musim kemarau tahun ini. Suhu laut yang hangat pada Mei lalu
ditunjang oleh munculnya fenomena La Nina di Samudra Pasifik yang diikuti
terjadinya Dipole Mode di Samudra Hindia. Kedua fenomena ini mengakibatkan
suplai massa udara dari dua samudra itu ke wilayah Indonesia. Berdasarkan data
curah hujan yang tinggi sepanjang periode kemarau tahun ini, tidak tampak pola
musim kemarau.
Menghangatnya perairan Indonesia akan menyebabkan
terbentuknya uap air, lalu menjadi awan dan guyuran hujan di wilayah Nusantara.
Apabila berlangsung lama, fenomena ini akan berpengaruh pada kawasan sekitar
Indonesia hingga ke lingkup global. Kondisi suhu laut yang hangat, menimbulkan
tekanan udara rendah di wilayah Indonesia, hal ini juga menyebabkan massa udara
dari subtropis yang bertekanan tinggi masuk ke wilayah tropis yang bertekanan
rendah.
Penyimpangan cuaca yang telah berlangsung hampir
setahun ini telah berdampak luas ke daerah di luar khatulistiwa Indonesia,
berupa kurangnya hujan di daratan Asia Tenggara, seperti Vietnam dan Thailand,
serta menimbulkan suhu dingin yang ekstrem di kawasan subtropis.
Perubahan iklim
Tingginya suhu muka laut yang mengakibatkan musim
hujan berkepanjangan—tanpa kemarau—di Indonesia pada tahun ini diperkirakan
merupakan dampak dari pemanasan global—yaitu fenomena meningkatnya suhu bumi
disebabkan akumulasi gas rumah kaca di atmosfer yang bersifat menahan energi
panas matahari di permukaan bumi.
Berbagai dampak negatif pun muncul, seperti melelehnya
es di kutub, merebaknya penyakit parasit, dan meningkatkan keasaman air laut.
Perubahan iklim ini ditandai dengan perubahan pola curah hujan, terjadinya
cuaca ekstrem berupa munculnya gelombang udara panas, peningkatan frekuensi
hujan lebat hingga menimbulkan banjir di satu tempat dan kekeringan di tempat
lain.
Pola turunnya hujan juga tidak merata di seluruh
daerah. Akibat pemanasan global, hujan akan banyak terjadi di wilayah dekat
garis ekuator. Menurut penelitian BMKG bekerja sama dengan Badan Meteorologi
Jepang, 15 tahun lagi Jawa akan kurang hujan, urai Sri Woro yang juga Kepala
WMO (World Meteorological Organization) Regional V.
Pemanasan global
Penyimpangan cuaca hingga iklim yang terlihat kian
nyata ini merupakan dampak dari pemanasan global akibat pelepasan gas-gas rumah
kaca ke atmosfer yang telah berlangsung semakin intensif sejak setengah abad
terakhir.
Kondisi ini telah mengakibatkan akumulasi energi di
atmosfer dan mengganggu arus udara di atmosfer pada ketinggian 900 meter hingga
4.500 meter. Akumulasi energi di atmosfer yang di atas normal menyebabkan daya
tarik siklon tropis di sekitar wilayah khatulistiwa (di perairan selatan
Filipina dan utara Australia) lebih kuat dan jauh, sehingga mengakibatkan badai
yang terbentuk berekor lebih panjang.
Gelombang Rossby
Pemanasan suhu laut yang berlangsung lama di Indonesia
hingga kini belum diketahui penyebabnya. Namun, diyakini telah berpengaruh bagi
cuaca global, yaitu suhu dingin yang ekstrem di wilayah subtropis dan lintang
tinggi.
Sementara itu, pakar astrofisika dan astronomi dari
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin,
berpendapat, kondisi cuaca itu menurut studi pendahuluan yang dilakukannya
merupakan indikasi dari pengaruh Matahari yang minimum, yang nyaris tidak
menunjukkan adanya bintik Matahari atau sun spot dalam beberapa
tahun terakhir.
Pendinginan ekstrem yang menjalar di kawasan subtropis
dan lintang tinggi, kata Edvin Aldrian (Kepala Pusat Perubahan Iklim dan
Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), merupakan
gangguan cuaca yang disebut Gelombang Rossby, yang terus bergerak dalam periode
10 hingga 15 hari. Polanya hampir mirip dengan Madden Julian Oscillation (MJO)
di kawasan tropis, termasuk Indonesia, tetapi periode MJO berlangsung 50
harian.
Melihat pola pergerakan Gelombang Rossby, yaitu mulai
dari Chicago, New York, London, dan kini telah sampai daratan Eropa Barat,
serta menimbulkan dampak suhu yang sangat dingin, diperkirakan gelombang ini
akan terus bergerak ke Siberia, Rusia, dan dapat menimbulkan hujan salju yang
ekstrem.
"Apabila Siberia mengalami cuaca buruk atau blocking, ada kemungkinan akan
muncul entakan udara yang membawa uap air dalam jumlah besar, lalu menjalar ke
selatan hingga ke wilayah Indonesia," paparnya. “Daerah yang dilewati
seperti Guangzhou dan Hongkong akan mengalami penurunan tekanan udara yang
drastis seperti kejadian tahun 2005 dan 2007”.
Langkah antisipatif
Pemanasan global atau perubahan iklim lebih lanjut
akan mengacaukan pola tanam dan meningkatkan pertumbuhan hama tanaman hingga
menggagalkan panen. Selain petani, para nelayan pun akan terpukul akibat
gangguan cuaca itu. Mereka tidak dapat melaut karena gelombang laut yang
tinggi.